Friday, March 9, 2012

Harapan dari Sekuntum Bunga Anggrek (anggep aja belajar bikin puisi gan)

Sebuah harapan yang mengawang-awang memang kedengaranya jika sebuah harapan keluar dari sekuntum anggrek. Namun jika boleh bermimpi itulah mimpi yang saya idamkan dan berusaha untuk saya wujudkan, meski ide tersebut kedengarannya mengawang-awang namun saya akan berusaha untuk membumikannya, rel telah di buat dan kereta apinya telah ada dan sekarang sudah mulai sejengkal berjalan itulah yang dinamakan dari ide yang telah menemukan konsep dari konsepsinya tentang kegiatan Usaha Budidaya tanaman Anggrek untuk menopang kemandirian petani, yang diharapkan untuk berdaulat secara ekonomi dan memiliki kemandirian.
Ide dasar yang sangat sederhana berawal dari ketertarikan saya terhadap tanaman anggrek. Dimana tanaman Anggrek sendiri merupakan identitas dan kebanggaan sebagai bunga bangsa. Jika di ambil dari sisi filosofinya anggrek mampu mencerminkan pancasila dimana terdapat 5 “mahkota bunga” yang membentuk sekuntum bunga anggrek, jika kita kaji lebih jauh maka 5 “mahkota Bunga” tersebut mencerminkan 5 kesatuan sila yang membentuk satu kesatuan “bunga” yang disebut Pancasila. Dan kita sendiri tahu bahwasannya Pancasila adalah falsafah dan pandangan hidup berbangsa dan bernegara yang digali oleh proklamator kita Ir. Soekarno dan oleh para pahlawan yang lain. Meski saya punya kecenderungan kurang simpati dengan cara perjuangan dan cara berfikirnya yang mengatasnamakan diri sebagai Panglima perang, petani agung, nelayan agung dan embel-embel lainnya yang melekat pada beliau, namun pada dasarnya beliau memiliki cita-cita yang luhur, dan inilah yang membuat saya tetap hormat kepada beliau selaku pahlawan bangsa. Dan mengutip kata Soekarno yang berbunyi jas merah “jangan sekali-kali melupakan sejarah”, ya benar jangan sekali-kali kita mengingkari sejarah bahwa negara kita adalah negara yang berbasis agraris dengan lahan yang terhampar seluas Nusantara dengan dermaga-dermaga sebagai penopang sirkulasi perdagangan. Namun sayangnya banyak dari masyrakat kita sekarang yang lupa akan jati dirinya sendiri mereka lupa bahwa mereka hidup dalam alam Indonesia yang sebenarnya ramah, dan banyak yang katanya menjadi pemimpin lupa dengan amanah yang diberikan kepadanya mereka hanya sibuk berbagi kursi kekuasaan (ah sudahlah males juga sebenarnya saya untuk membahas masalah ini, karena yang saya bahas disini bukan bentuk penyelewengan mereka karena terlalu menyakitkan hati jika berbicara kesalah-kesalan mereka). Lebih baik kita optimis untuk maju sebagai negara maju dan mandiri yang berpilar pada pendidikan dengan berpijak pada kemandirian dunia pertanian dan ekonomi.
Warna anggrek yang beraneka ragam menceminkan bahwa kita memiliki keanekaragaman budaya hal inilah yang menjadikan kita sejak dulu menjadi sasaran penjajahan, sekarang meskipun kita hidup dalam alam kemerdekaan tetapi kita tidak berdaulat penuh secara ekonomi, masih terlalu banyak masyarakat yang berada jauh dari garis kemiskinan. Indonesia yang beriklim tropis merupakan surga bagi para tanaman. Habitat asli anggrek Phalaenopsis adalah hutan tropis yang teduh dan lembab. Wilayah penyebarannya cukup luas, dari Sumatera Barat ke arah Selatan, seluruh Jawa, Kalimantan termasuk Serawak, Brunei Darussalam dan Sabah. Di Filipina, anggrek mirip kupu-kupu ini ditemukan di Kepulauan Mindanao bagian Selatan. Ke arah Timur anggrek yang satu ini bisa dijumpai di Bali,  Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua, termasuk Papua Nugini (Darmono, 2007). Khusus bagi negara berkembang seperti Indonesia, sektor pertanian merupakan tulang punggung yang menyokong kehidupan bangsa dengan segala aspek-aspeknya. Salah satu bidang pertanian yang saat ini sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat adalah hortikultura, terutama budidaya tanaman hias. Tidak diragukan lagi, tanaman anggrek merupakan salah satu primadona tanaman hias (Hidayat dan Adi, 2008).
Pernyataan Presiden Bank Dunia dalam World Development Report (WDR) menegaskan bahwa kemiskinan di pedesaan mencapai tingkat tinggi sebesar 82% dari total kemiskinan di negara-negara berkembang. Bagian laporan lain menunjukkan negara-negara berkembang, di mana 2,2 milyar penduduknya tinggal di pedesaan, pertumbuhan pertanian masih merupakan cara efektif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin di pedesaan. Menurut WDR, pertumbuhan PDB yang berasal dari pertanian merupakan empat kali lebih efektif dalam mengurangi kemiskinan dibandingkan pertumbuhan PDB yang berasal dari luar sektor tersebut. Kehidupan petani tradisional dapat ditingkatkan melalui peningkatan produktivitas makanan pokok di daerah-daerah tertinggal. Data empiris menunjukkan bahwa meskipun sektor pertanian memberikan sumbangan yang besar dalam penciptaan kesempatan kerja dan jaminan pendapatan kepada masyarakat, namun ketidakseimbangan sistemik masih sering terjadi pada kelompok masyarakat tani yang sebagian besar berada di pedesaan. Meningkatnya kesempatan untuk memperoleh akses faktor produksi serta potensi dan kesempatan yang beragam, belum dapat mengurangi wajah kesenjangan antar sektor, antar daerah, dan antar golongan masyarakat pada sektor pertanian. Implikasi dari kondisi demikian, membuat sebagian besar penduduk masih berada dalam kondisi tertinggal, sehingga pembangunan pertanian seolah-olah hanya menguntungkan pelaku kegiatan ekonomi pertanian yang lebih kuat. Hasil-hasil pembangunan pertanian, tidak serta merta dapat merembes ke bawah sehingga tidak mampu mengangkat kesejahteraan petani, seperti yang diharapkan. Keadaan ini digambarkan oleh angka kemiskinan di pedesaan yang masih besar, serta Nilai Tukar Petani (NTP) yang tidak seimbang dengan kegiatan ekonomi non pertanian. Berdasarkan gambaran tersebut, maka pembangunan pertanian harus ditujukan untuk mempersiapkan masyarakat tani berkemampuan dalam memantapkan proses perubahan struktur yang muncul dari kemampuan petani sendiri, sejalan dengan kebijakan pembangunan pertanian untuk meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan (people centered development), sekaligus merupakan penajaman arah baru pembangunan pertanian seiring dengan agenda reformasi pembangunan. Arah baru pembangunan pertanian tersebut, ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui perkembangan struktur masyarakat tani yang muncul dari kemampuan masyarakat tani sendiri (Sumodiningrat, 2000)
World Development Report (WDR) yang dikeluarkan Bank Dunia, berkaitan dengan pembangunan pertanian serta masalah kemiskinan pedesaan, menyatakan bahwa investasi pada sektor pertanian merupakan cara terbaik untuk mengentaskan kemiskinan di daerah pedesaan di negara-negara berkembang. Investasi yang lebih besar pada sektor pertanian di negara-negara berkembang yang sebagian berada di Asia, merupakan langkah vital bagi kesejahteraan 600 juta penduduk miskin yang hidup di negara-negara tersebut. Laporan dengan judul Agriculture for Development tersebut mengungkapkan bahwa dunia akan gagal mencapai target untuk mengurangi hingga setengah penduduk dunia dari tingkat kemiskinan dan kelaparan yang parah pada 2015, kecuali sektor pertanian dan pedesaan tidak diabaikan (Bisnis Indonesia, 2007).
Sementara ketika masih berkutat dengan masalah perut, bangsa asing semakin kuat menancapkan kuku kekuasaanya dalam bidang ekonomi, dan seperti kita ketahui bersama kita sekarang masih sering terjebak dalam konflik kedaerahan yang tak kunjung usai sementara negara-neragara asing sibuk dengan pengembangan pendidikan berbasis teknologi dan informasi yang membuat mereka semakin kuat dalam bidang ekonomi. Marilah kawan kita bersatu, kita singsingkan lengan baju kita jangan mau kita dilindas mereka, kita kuatkan kedaulatan dan kemandirian kita dalam bidang ekonomi khususnya pertanian.
Perlu saya tambahkan juga bahwa perekonomian rakyat akan kuat manakala kebutuhan dasar seperti pangan tercukupi terlebih dahulu, prioritas kebutuhan primer di utamakan terlebih dahulu dan faktor pangan adalah utama serta pertanian adalah pilar yang menyokongnya. Ada sebuah pepatah yang berbunyi logika tidak akan jalan tanpa adanya logistik, nah inilah salah satu penyebab negara kita sekarang menjadi rawan dengan kekerasan dan kejahatan karena memang masalah perut tidak bisa ditunda-tunda, karena orang lapar bisa kehilangan akal sehatnya dan rela melakukan apa saja termasuk kejahatan demi untuk melangsungkan kehidupannya dan ini merupakan preseden buruk bagi kinerja pemerintahan. Dengan kata lain pertanian tidak diragukan lagi merupakan solusi utama dalam penanggulangan masalah kemiskinan ini, dan dari berbagai informasi yang saya dapatkan budidaya tanaman hias merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat umumnya dan petani pada khususnya karena memiliki prospek dan keberlanjutan budidaya pertanian dan ekonomi yang baik. Ketika ekonomi masyarakat sudah mantap maka jaminan kehidupan yang lain seperti kemauan pendidikan juga dengan sendirinya akan meningkat pula.
Dengan memiliki basis pertanian yang baik dan dengan ditopang kedaulatan pangan dan ekonomi kuat serta dengan pendidikan yang baik niscaya kita mampu menjadi masyarakat yang unggul dan serta menjadi bangsa INDONESIA sesungguhnya bukan menjadi bangsa yang INDON.


Berikut merupakan Analisis Usaha Budidaya Anggrek

Perkiraan analisis budidaya bunga anggrek dengan luas lahan 1,25 m x 12 m; Untuk satu pohon/pot dapat menghasilkan bunga sebanyak 2–3 tangkai bunga dimana anggrek dalam pot mulai berbunga pada umur 3 tahun  dan  dan setelah 3 tahun dapat dijadikan bunga potong pada umur setelah 6–7 bulan dengan masa panen optimal 4 kali. Pada panen ke 2 s.d. ke 4 dalam satu tangkai bunga terdapat 10-15 kuntum bunga. Analisis dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor. Harga 1 kuntum bunga mencapai harga Rp. 750,- sampai Rp. 1000.
1) Biaya produksi
1. Bibit
- Bibit: 8 botol @ Rp. 40.000,- Rp. 320.000,-
- Akar pakis: 5 ikat (42 lempeng /ikat) Rp. 75.000,-
2. Perlengkapan
- Arang: 80 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 100.000,-
- Pot ukuran 15 cm: 400 bh @ Rp. 750,- Rp. 4.500.000,-
- Gandasil: 2 pak @ Rp. 7.500,- Rp. 15.000,-
- Kerangka: 1 unit bambu Rp. 150.000,-
3. Pupuk
- Furadan Rp. 20.000,-
- Azodrin: 1 botol Rp. 12.500,-
- Pupuk Urea: 5 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 10.000,-
- NPK: 2,5 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 5.000,-
1) Jumlah biaya produksi Rp. 5.207.000,-
2) Pendapatan: 3 tangkai x 10 kuntum x 400 pot x Rp.750,- Rp. 9.000.000,-
3) Keuntungan Rp. 3.793.000,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. Rasio output/input = 1,73 (Kemal, 2000). Sekian :D